Skip to main content

PENYAKIT PADA PETERNAKAN AYAM PETELUR DAN SOLUSINYA (1)


Ayam petelur merupakan ayam yang riskan terserang penyakit. Hal tersebut dikarenakan masa hidup ayam sampai berproduksi relatif panjang dan produktivitasnya yang tinggi menyebabkan ayam mudah mengalami stress sehingga mudah terserang penyakit. 

Penyakit pada ayam petelur dapat dikategorikan berdasarkan sumber penyakitnya antara lain penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, parasit luar/dalam, jamur, lingkungan dan kekurangan salah satu unsur nutrisi.  Berikut ini adalah penyakit yang sering menyerang peternakan ayam petelur.

1.    Chronic Respiratory Disease (CRD)
§  Penyebab: bakteri Mycoplasma galliseptiucum
§  Gejala Klinis: sering tidak terlihat jika tidak ada komplikasi, sesak nafas, ngorok keluar cairan eksudat dari hidung/mulut.
§  Patologi anatomi: air sac (kantong udara) keruh dan peradangan saluran pernafasan atas
§  Diagnosa banding:   Snot, kolera, ND, IB
§  Faktor predisposisi: litter terlalu kering, berdebu atau lembab, kadar amoniak dalam kandang tinggi, ventilasi jelek, kepadatan tingi, pertumbuhan terlalu cepat,
§  Penularan: vertikal (induk ke anak), petugas kandang, peralatan, hubungan langsung dengan uggas sakit, air minum.
§  Pencegahan: bioscurity secara teratur, ventilasi cukup, sanitasi air minum, kepadatan baik, mencegah tamu keluar masuk kandang, manajemen pemeliharaan yang baik, sistem all in all out
§  Pengobatan: Doksisiklin, Erythromycin, Kakamycin, Enrofloksasin, ciprofloksasin, spiramicyn.
§  Kerugian: angka kematian 1-30%, angka pengafkiran tingi, biaya pengobatan tinggi, pertumbuhan terhambat, kekebalan turun (mudah masuk kolibasilosis, ND, dll.)

 Ngorok. Salah satu ciri CRD

2.    Kolibasilosis
§  Penyebab: bakteri Escherichia colli
§  Gejala Klinis:  lesu, kusam, sesak nafas, bulu disekitar anus lengket, diare
§  Patologi anatomi: radang kantung udara, perikarditis, perihepatitis, peradangan, pembengkakan dan penebalan dinding usus
§  Diagnosa banding:   Salmonellosis, Sreptococcosis
§  Faktor predisposisi: litter berdebu, stress, penyakit sekunder CRD, kualitas air jelek (tercemar kuman E. colli)
§  Penularan: melalui feses, debu,  kontak langsung.
§  Pencegahan: perbaikan sanitasi lingkungan, pakan dan air, manajemen pemeliharaan baik, kepadatan baik, ventilasi cukup.
§  Pengobatan: Trimetropim, Sulfadiazin, Ampicilin, Colistin, Neomycin, Enrofloksasin, cyprofloksasin
§  Kerugian: pertumbuhan terhambat, sukar diobati, kematian tingi 8-40% terutama jika terinfeksi kuman lain (CRD komplek)

 Perihepatitis. Salah satu ciri khas Collibasilisis

3.    Omphalitis
§  Penyebab: pusar yang tidak menutup dan kemudian terinfeksi oleh bakteri Coliform, Staphylococcus, Pseudomonas dll.
§  Gejala klinis: mengantuk, kepala menundauk dan sering mendekati pemanas, pusar meradang dan terdapat benjolan seperti kudis.
§  Patologi anatomi: penyerapan kuning telur tidak sempurna, infeksi kuning telur, peradangan rongga perut.
§  Diagnosa banding    :  -
§  Faktor predisposisi: suhu brooding terlalu rendah, amoniak tinggi, mesin tetas yang tidak steril, kondisi transport suhu terlalu dinggin atau terlalu panas.
§  Penularan: tidak meular
§  Pencegahan: sanitasi dan kelembaban kandang dijaga, ventilasi baik, perbaikan manajemen brooding (suhu stabil dan  sesuai), suhu transportasi dijaga.
§  Pengobatan: antibiotic spectrum luas seperti doksisiklin, enrofloksasin, cyprofloksasin untuk mencegan infeksi sekunder
§  Kerugian: kerdil dan pertumbuhan terhambat, konversi pakan jelek, angka pengafkiran tingi.
Ompalitis. Adanya infeksi kuning telur

4.    Infectious Coryza (Snot)
§  Penyebab: bakteri Haemophilus paragallinarum
§  Gejala Klinis: sakit biasanya sembuh dalam 2 minggu, eksudat dari hidung, pembengkakan muka terutama pada sekitar mata, bersin, keluar air mata, susah bernafas
§  Patologi anatomi: sinus infraorbitalis bereksudat berwarna putih atau kuning dengan bau khas (busuk), peradangan kantung udara, nafsu makan dan minum turun, diare
§  Diagnosa banding: CRD, Kolera, ND, IB
§  Faktor predisposisi: kadar amoniak tinggi, litter basah, kepadatan tinggi, sanitsai kandang jelek
§  Penularan: kontak langsung, kontaminasi air dan pakan.
§  Pencegahan: vaksinasi coriza, perbaikan manajemen pemeliharaan dan bioscurity kandang, kepadatan cukup, disinfeksi kandang dan peralatan
§  Pengobatan: Erytromisin, Sulfadiazin, Ampisilin, Trimetropim, Tetrasiklin.
§  Kerugian: agka kesakitan tinggi (bisa mencapai 100%), menghambat pertumbuhan, angka pengafkiran tinggi.

Snot/Coriza. Ciri antara lain mata bengkan dan hidung berlendir






Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar