Skip to main content

KUNCI MENDAPATKAN AYAM PETELUR BERPRODUKSI TINGGI


  
Tak jarang terjadi, di masa produksi layer tidak menunjukkan produktivitas sesuai harapan. Dan tudingan yang ada terbatas pada kesalahan manajemen teknis dan penyakit yang terjadi di masa produksi itu sendiri. Padahal, bisa jadi masalah produktivitas tersebut lebih disebabkan oleh ketidaktepatan manajemen sejak masa persiapan calon petelur (pullet). Jika pullet yang dihasilkan tidak berkualitas, maka bukan tidak mungkin kualitas layer yang dihasilkan juga akan rendah sehingga tidak mampu berproduksi dengan optimal. Oleh karena itu, menciptakan pullet berkualitas merupakan hal yang wajib dilakukan.
Upaya membentuk pullet berkualitas dipengaruhi oleh beberapa faktor yang masing-masing berpengaruh dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Rumus umum yang digunakan adalah P = (G+N+L) x M. Artinya, performance pullet (P) dipengaruhi oleh genetik (G), nutrisi (N) dan lingkungan (L) ketiga faktor ini harus didukung manajemen (M) yang baik. Faktor manajemen memegang peranan terbesar di dalam pembentukan pullet berkualitas karena manajemen pemeliharaan mampu melipatgandakan faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan.

A.   Bibit

Faktor genetik yang terkandung di dalam semua strain ayam petelur baik ISA Brown, Hisex Brown, Lohmann Brown dan Hyline Brown telah dibentuk sedemikian rupa sehingga mampu menghasilkan produksi telur yang tinggi (henday) dengan FCR yang lebih rendah. Namun, untuk memunculkan semua potensi tersebut dibutuhkan pullet yang berkualitas.

            Upaya membentuk pullet berkualitas tersebut dimulai dengan pemilihan bibit (DOC) yang berkualitas. DOC berkualitas adalah idaman setiap peternak karena DOC yang berkualitas baik tentu akan menghasilkan ayam dewasa yang berkualitas lebih baik juga. Selama ini, dikenal tiga kualilas DOC yaitu kualitas 1 (grade 1), kualitas 2 (grade 2) dan kualitas 3 (grade 3). Grade pertama merupakan DOC dengan kualitas genetik terbaik yang diperoleh dari bibit yang sedang optimal produksinya sehingga anak (DOC) yang dihasilkan pun berkualitas. Sedangkan grade ke dua dan ke tiga berasal dari induk yang kualitas produksinya belum optimal (bibit muda) atau sudah mulai menurun performancenya (bibit tua) sehingga DOC yang dihasilkan juga memiliki nilai genetik yang lebih rendah.
            Meskipun demikian, bukan berarti DOC grade 2 dan 3 tidak mampu menjadi pullet berkualitas. Banyak kasus di lapangan DOC dengan kualitas 2 atau 3 juga biasa menghasilkan pullet berkualitas asalkan dipelihara dengan cara yang tepat. Ciri-ciri DOC layer yang berkualitas antara lain:
1.    Bobot awal sesuai standar
2.    Bulu bersih dan segar
3.    Mata bersinar
4.    Gerakan lincah
5.    Dubur dan pusar kering/bersih
6.    Tidak cacat (jari kaki bengkok atau buta).

B.   Pakan

Selain bibit, pakan juga merupakan faktor yang penting dalam menentukan kualitas pullet. Pakan yang baik harus mengandung unsur-unsur nutrisi seperti protein, karbohidrat, mineral, vitamin, dan lemak dalam jumlah yang seimbang sesuai kebutuhan ayam sehingga ayam mampu tumbuh sesuai dengan potensi genetiknya. Pakan yang berkualitas buruk akan menghambat pertumbuhan ayam termasuk organ reproduksinya serta memicu penurunan kekebalan tubuh ayam karena organ-organ yang berperan dalam menciptakan zat kebal tubuh tidak berkembang dengan sempurna sehingga ayam tidak akan mampu berproduksi secara optimal dan mudah terserang penyakit.
Pakan yang digunakan untuk pemeliharaan pullet sama dengan pakan untuk pakan broiler yaitu pakan starter dengan kandungan protein minimal 21% dan pakan grower dengan kandungan protein kasar minimal 20%.

            Tabel 1. Spesifikasi Pakan Pullet (0-16 minggu)
Iklim Sedang





Starter
Grower
Pullet
Pre lay
Indonesia






Umur (minggu)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16



Starter feed
Protein minimal 20,5%, energi  2.950 kcal, bentuk pakan crumble
Grower feed
Protein minimal 20%, energi 2.850 kcal, bentuk pakan crumble, mash
Pullet feed
Protein 16,8%, energi  2.750 kcal, bentuk pakan crumble, mash
Pre lay feed
Protein 17,5%, energi 2.750 kcal, bentuk pakan mash
Sumber: Rusianto N, 2008

Pakan bisa menyusun sendiri atau membeli jadi. Akan tetapi, pakan jadi (pabrikan) lebih praktis dan lebih terjamin kualitasnya karena pasti telah teruji dan mengandung nutrisi yang seimbang. Gunakanlah pakan dari pabrikan yang sudah memiliki reputasi baik. Meskipun terkadang lebih mahal namum pertumbuhan ayam lebih terjamin.
Dewasa ini dikenal adanya pakan pre starter. Pakan pre starter biasanya memiliki kandungan protein lebih tinggi yaitu sekitar 22-24%. Tujuan pemberian pakan ini adalah untuk menunjang pertumbuhan awal ayam. protein yang digunakan juga harus memiliki digestibilitas (kemampuan cerna tinggi) sehingga bisa langsung dicerna dan dimanfaatkan oleh sel. Pertumbuhan awal yang baik membuat organ pencernaannya berkembang dengan optimal sehingga kemampuan menyerap nutrisinya akan lebih optimal sehingga pertumbuhan akan lebih cepat dan lebih tahan penyakit. Pakan pre starter memiliki ukuran crumble yang lebih kecil sehingga mudah dimakan oleh ayam dihari-hari pertama. Untuk itu, pakan pre starter umumnya diberikan dari DOC sampai14 hari.


C.   Lingkungan

Lingkungan memiliki andil dalam pertubuhan pullet. Lingkungan mempengaruhi kesehatan ayam. Komponen lingkungan yang sangat mempengaruhi kesehatan ayam adalah musim. Pada musim penghujan dimana kelembaban tinggi, memicu hampir semua bibit penyakit untuk tumbuh subur termasuk kejadian mikotoksikosis maupun infeksi cacing. Kondisi ini diperparah dengan persediaan sekam yang semakin terbatas serta kualitas pakan yang cenderung menurun. Di musim kemarau, infeksi saluran pernapasan dan heat stress terasa lebih dominan. Perbedaan musim tersebut, tentunya memerlukan manajemen yang berbeda. Disamping itu, saat musim pancaroba juga menimbulkan masalah yang pelik dimana perbedaan suhu yang ekstrim menimbulkan masalah imunitas yang menurun yang dipicu tingginya tingkat stress. Kondisi ini harus dipahami sehingga dapat di antisipasi oleh peternak.


D.   Manajemen Pemeliharaan

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien. Manajemen pemeliharaan adalah segenap prosedur yang ditempuh untuk melaksanakan pemeliharaan ternak secara baik dan terpadu dalam upaya menciptakan kondisi yang nyaman (comfort zone) sehingga ternak mampu menampilkan performa produksinya secara optimal.
Manajemen pemeliharaan harus dilaksanakan secara terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Dengan manajemen yang baik mampu mengurangi dampak dari faktor pembatas seperti bibit, pakan, dan lingkungan.

*** Pembahasan lebih lanjut ada di Buku Bisnis Pembesaran Pullet,  Ayam Ras Siap Bertelur. Penerbit Penebar Swadaya. Pengarang : Ferry Tamalluddin





Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar