Skip to main content

PANDUAN EVALUASI PENYEBAB KEGAGALAN VAKSINASI PADA AYAM

Penyakit ND. Dapat dicegah dengan Vaksinasi

Ternak Pertama. Penyebab Kegagalan Vaksinasi Pada Ayam - Pernahkah anda mengalami kejadian ayam sudah divaksin (misal Gomboro/ND) tetapi ayam anda malah sakit atau masih terserang penyakit tersebut atau dengan kata lain vaksinasi yang anda lakukan mengalami kegagalan.

Terkadang peternak sering kali menyalahkan vaksinya yang buruk/tidak berkualitas. Padahal, keberhasilan vaksinasi bukan hanya ditentukan oleh jenis vaksinya saja, namun bisa saja dipengaruhi faktor lain di luar vaksin itu sendiri. Antara lain tata laksana vaksinasi yang meliputi cara penanganan dan penyimpanan vaksin, persiapan vaksin dan peralatan sebelum vaksinasi maupun ketepatan teknik vaksinasinya. Selain itu, program vaksinasi yang diterapkan (termasuk jadwal pelaksanaan vaksinasinya), status atau kondisi kesehatan ayam serta faktor pendukung lainya seperti tata laksana pemeliharaan yang baik, sanitasi dan biosecurity secara disiplin.

Kegagalan vaksinasi yang ditunjukkan dari adanya kejadian munculnya kasus (outbreak) penyakit perlu kita analisis secara lebih cermat dengan tetap mengedepankan objektivitas. Dengan demikian diharapkan hasil analisis tersebut akan sangat membantu dan bisa menjadi pedoman pelaksanaan vaksinasi pada periode berikutnya. Setidaknya ada 2 (dua) tolak ukur dalam mengevaluasi kegagalan proses vaksinasi.  

1.    Jika Outbreak penyakit terjadi pada kurang dari 7 hari post (setelah) vaksinasi

Jika kejadian munculnya penyakit terjadi pada 1-7 hari post vaksinasi kemungkinan besar bukan disebabkan kualitas vaksinnya dan bukanlah kandungan mikroorganisme dalam vaksinnya yang menjadi penyebab terjadinya outbreak tersebut.

Untuk diketahui, kurang dari 7 hari post vaksinasi titer antibodi belum terbentuk secara optimal atau mencapai standar protektif sehingga saat ada infeksi atau serangan bibit penyakit maka ayam belum memiliki sistem pertahanan yang kuat, akhirnya ayam sakit. Atau ada kemungkinan juga saat pelaksanaan vaksinasi di dalam tubuh ayam baru atau telah berlangsung masa inkubasi, yaitu masa dimana awal bibit penyakit menginfeksi sampai menimbulkan gejala klinis. Oleh karenanya saat vaksinasi ayam masih nampak sehat namun selang beberapa hari ayam menunjukkan gejala klinis atau sakit.

Vaksin, baik aktif maupun inaktif tidak akan bisa menyebabkan ayam sakit. Alasannya ialah kandungan mikroorganisme dalam vaksin telah melalui berbagai macam proses untuk menurunkan atau menghilangkan keganasan virus namun tetap memiliki kemampuan untuk menstimulasi pembentukan titer antibodi. Vaksin aktif misalnya, kandungan mikroorganisme vaksinnya telah dilemahkan sehingga tidak akan menyebabkan serangan penyakit.

2.    Jika Outbreak penyakit terjadi lebih dari 7 hari post vaksinasi

Saat serangan atau outbreak penyakit terjadi setelah 7 hari vaksinasi, berarti kita perlu melakukan evaluasi terhadap beberapa aspek antara lain teknik vaksinasi yang dilakukan, penyakit yang menyerang, program vaksinasi, titer antibodi maupun kualitas produk (vaksinnya).

a.    Teknik vaksinasi

Sebaik apa pun kualitas vaksin jika teknik aplikasi atau pemberiannya tidak baik maka bisa dipastikan efek pembentukkan titer antibodinya tidak akan optimal. Oleh karena itu setiap tahapan persiapan maupun pelaksanaan vaksinasi sebaiknya dilakukan secara tepat. Teknik vaksinasi yang kurang tepat, misalnya dosis vaksin yang tidak seragam akan memicu munculnya kasus rooling reaction dimana ayam seperti mengalami reaksi post vaksinasi yang berulang dan titer antibodi yang terbentuk juga tidak seragam.

b.    Immunosuppressant

Jika terjadi serangan penyakit, amati apakah penyakit yang menyerang hanya 1 jenis (tunggal) ataukah komplikasi. Bila penyakit komplikasi maka ada kemungkinan salah satu penyakit tersebut bersifat immunosuppresive yaitu penyakit yang menekan sistem pertahanan tubuh ayam. Serangan penyakit yang bersifat immunosuppressive, seperti Gumboro dan aflatoksikosis bisa mengganggu kerja vaksin dalam menstimulasi pembentukan titer antibodi.
Apabila serangan penyakit hanya tunggal (jenis penyakit sama dengan vaksin yang diberikan, misalnya serangan ND setelah di vaksin ND) maka kita perlu melakukan evaluasi terhadap titer antibodi yang terbentuk dan biosecurity-nya. Selain itu, perlu di cek kembali tentang ketepatan program vaksinasinya, baik dari waktu atau jadwal vaksinasi maupun cara pemberian vaksinnya.

Crosss check apakah farm lainnya terserang penyakit yang sama juga perlu kita lakukan. Jika farm lain tidak terserang maka evaluasi cukup dilakukan di farm kita. Namun apabila farm lain juga terjadi outbreak, sedangkan farm tersebut memakai vaksin yang sama dengan farm kita, maka perlu sekiranya kita juga melakukan evaluasi pada strain vaksin yang digunakan.

c.    Program vaksinasi

Pelaksanaan program vaksinasi hendaknya disesuaikan dengan umur serangan penyakit. Selain itu jenis vaksin juga menentukan program vaksinasinya. Secara umum vaksin aktif selambat-lambatnya diberikan 2-3 minggu sebelum umur serangan (sesuai kondisi tiap farm/daerah biasa terserang penyakit) dan vaksin inaktif diberikan 3-4 minggu sebelum umur serangan. Jika jadwal vaksinasi ini terlambat atau serangan penyakit lebih cepat maka outbreak bisa terjadi karena titer antibodi di dalam tubuh ayam belum mencapai standar protektif.

Vaksinasi dapat dilakukan melalui air minum

Jika jadwal vaksinasi tepat maka sekiranya kita perlu mengevaluasi terhadap tata laksana vaksinasi, meliputi cara handling (penanganan) vaksin, dosis vaksin dan cara pemberian vaksin. Selain itu perlu diwaspadai tingginya tantangan bibit penyakit. Hal tersebut bisa disebabkan penerapan tata laksana pemeliharaan dan biosecurity yang kurang baik. Oleh karenanya perlu melakukan perbaikan pada tata laksana pemeliharaan dan biosecurity.

d.    Kualitas vaksin

Kualitas vaksin juga bisa saja menentukan keberhasilan vaksinasi. Vaksin yang telah rusak tidak akan memberikan kekebalan kepada ayam. Sehingga saat kondisi ayam drop karena stress ayam bisa saja terserang penyakit. Untuk itu, perlu  melakukan analisis juga terhadap tata laksana vaksinasi, manajemen pemeliharaan dan biosecurity. Teknik penyimpanan dan penanganan vaksin sebelum digunakan juga perlu kita evaluasi kembali, diantaranya apakah sebelum digunakan suhu vaksin tetap 2-8oC atau pernahkah vaksin langsung terkena sinar matahari?

Evaluasi terhadap kegagalan vaksinasi harus dilakukan secara objektif dan komprehensif (menyeluruh) sehingga kita bisa menemukan akar permasalahannya sehingga tidak terulang di periode yang akan datang.

Sumber bacaan:
1.    Panduan Lengkap Ayam Broiler

2.    Info Medion Online
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar