Skip to main content

WASPADAI PENYAKIT ASPERGILLOSIS PADA PETERNAKAN AYAM!!!

Penyakit bisa dikataklan merupakan warning bagi bagi perternakan Anda, bahkan jika berlanjut bisa berubah menjadi “bencana” karena dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Oleh karen itu, Kami mencoba memaparkan salah satu penyakit pada peternakan ayam yang perlu di waspadai karena sekarang ini sudah mulai marak terjadi, yaitu penyakit aspergillosis.

Pertanyaanya kemudian, seperti apakah Aspergillosis itu? Aspergillosis adalah penyakit ayam yang disebabkan oleh jamur Aspergillus sp. Jika peternak ditanya apakah pernah menemukan penyakit ini di lapangan, maka sebagian besar peternak pasti menjawab belum pernah. Kalaupun ada peternak yang ayamnya terserang, mungkin tidak didiagnosis sebagai aspergillosis, karena penyakit ini akan sulit dibedakan dengan penyakit pernapasan lain jika peternak hanya melihat perubahan gejala klinisnya saja.

Kejadian Apergillosis di Lapangan
Penyakit Aspergillosis di lapangan dikenal dengan sebutan mycotic pneumonia, brooder pneumonia atau fungal pneumonia. Disebut pneumonia karena penyakit ini utamanya menyerang sistem pernapasan ayam. Berdasarkan data evaluasi 3 tahun terakhir oleh tim Tech. Support Medion diketahui trend kasus aspergillosis pada ayam pedaging dari tahun ke tahun naik perlahan-lahan. Di Indonesia, aspergillosis pada ayam pedaging lebih sering ditemukan di umur muda dibandingkan umur tua. Sedangkan pada ayam petelur, selain umur muda, juga pernah ditemukan kasusnya pada ayam tua.



Kerugian Penyakit Aspergillosis
Lalu apa saja bahaya yang ditimbulkan dari serangan aspergillosis? Selain bersifat patogen, aspergillosis pada ayam bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan terganggunya sistem kekebalan. Tumbuhnya jamur pada pakan juga akan mengambil sebagian nutrisi yang terkandung di dalamnya sehingga asupan nutrisi untuk ayam tidak mencukupi. Belum lagi, dengan mikotoksin (racun jamur) yang dihasilkan oleh jamur Aspergillus sp. yang sangat sulit dihilangkan dan bisa menyebabkan imunosupresi bahkan kematian.


Selain di peternakan ayam pedaging dan petelur komersial, kasus aspergillosis juga bisa terjadi di peternakan ayam pembibit (breeder), yaitu ketika masuk penetasan. Di tingkat breeder, aspergillosis menyebabkan penurunan daya tetas telur dan meningkatkan kematian embrio. Penyakit ini timbul akibat telur yang ditetaskan terinfeksi spora jamur yang masuk melalui pori-pori kerabang telur. Akibatnya, kematian embrio bisa terjadi 16 hari setelah masa inkubasi telur. Atau kemungkinan lain, spora jamur di dalam ruang penetasan akan terhirup oleh DOC yang baru menetas dan DOC tersebut baru menunjukkan gejala serangan aspergillosis ketika sudah dipelihara di kandang komersial.

Tentang Jamur Aspergillus sp.
Aspergillus sp. tergolong jamur atau cendawan renik yang masuk dalam jenis kapang dan koloninya khas seperti kapas, karpet, atau beludru. Strukturnya terdiri dari hifa (sejenis batang) yang memanjang dan bercabang-cabang seperti ranting pohon. Dari hifa muncul tangkai spora dengan ujungnya membesar berbentuk bulat atau lonjong.
Spesies Aspergillus banyak macamnya, tetapi yang paling sering menyerang ayam adalah Aspergillus flavus dan Aspergillus fumigatus. Jamur Aspergillus rata-rata membutuhkan suhu yang hangat (40-43oC), kelembaban tinggi (80-85%), dan material organik untuk tumbuh dan berkembang biak. Pertumbuhan kedua jamur tersebut baru akan terganggu pada suhu 4,5°C dan bisa dimusnahkan pada suhu 71-100°C.

A. fumigatus berkembangbiak dengan pesat di material organik seperti telur, sekam, pakan, serta peralatan (mesin inkubator). Sedangkan A. flavus lebih sering ditemukan pada bahan baku pakan seperti biji-bijian (jagung, kedelai, kacang tanah, dll). Saat tumbuh, jamur Aspergillus akan menghasilkan banyak spora. Spora inilah yang berbahaya karena berukuran sangat kecil dan ringan sehingga mudah menyebar di udara dan mencemari pakan, serta bahan-bahan organik lainnya (seperti sekam, jerami, biji-bijian, kandang, dsb). Spora Apergillus juga diketahui mampu bertahan hingga bertahun-tahun lamanya di lingkungan tumbuh yang sesuai.


Bagaimana Kasus Aspergillosis Bisa Terjadi?
Berbagai penelitian melaporkan bahwa faktor utama kejadian aspergillosis adalah tercemarnya pakan, peralatan, dan lingkungan oleh kapang atau spora Aspergillus sp. Proses kontaminasinya bisa terjadi melalui beberapa cara di bawah ini:

1.    Bahan baku pakan sudah terkontaminasi jamur sejak awal
Itu artinya, bahan baku pakan yang berasal dari biji-bijian yang kaya akan nutrisi, seperti jagung, kedelai, kacang tanah, dll sudah terkontaminasi jamur sejak awal ketika masih ditanam. Proses pencemaran kapang Aspergillus sp. pada bahan baku pakan biji-bijian dimulai saat spora jamur beterbangan di udara terbawa oleh angin dan serangga, kemudian menempel pada tanaman. Bila suhu dan kelembabannya sesuai, maka jamur akan tumbuh dan berkembang pada buah tanaman tersebut hingga dipanen. Jika pada pengolahan pasca panen, misalnya proses pengurangan kadar air biji-bijian kurang baik, ditambah dengan teknik penyimpanannya yang salah, maka jamur makin leluasa tumbuh serta berkembang. Dan jika peternak tidak jeli melihat kualitas fisik ketika membeli bahan baku biji-bijian tersebut dan langsung diolah untuk diberikan pada ayam, maka ayam bisa terserang aspergillosis (Reddy dan Waliyar, 2008).


 2.    Kesalahan penanganan (feed handling) pakan di lapangan
Cara yang kedua, kasus kontaminasi jamur dan racunnya paling sering terjadi akibat peternak meletakkan pakan dalam karung secara langsung di atas tanah/lantai yang lembab, sehingga terjadi proses pengembunan dalam karung. Kesalahan lainnya karena karung pakan yang bocor akibat digancu dibiarkan begitu saja, atau membiarkan pakan dalam karung terbuka padahal udara kandang atau gudang penyimpanan sangat lembab. Di sisi lain, penyimpanan pakan yang terlalu lama di dalam gudang juga akan memperbesar risiko tumbuhnya jamur.

3.    Sisa pakan terkontaminasi jamur
Menurut Tony Unandar (2015), kontaminasi jamur juga bisa terjadi pada sisa pakan. Misalnya ketika peternak membasahi pakan dengan larutan vitamin secara berlebihan. Tujuannya memang baik yaitu untuk meningkatkan nafsu makan. Namun jika pembasahan berlebihan dan pakan tidak habis dikonsumsi serta dibiarkan begitu saja dalam jangka waktu lama, maka risiko pakan menjadi lembab dan ditumbuhi jamur akan semakin besar. Apalagi jika pakan sisa yang basah tersebut langsung dicampur dengan pakan baru. Selain di tempat pakan, sisa pakan juga bisa terdapat di dalam mesin grinder atau mixer. Jika mesin tidak dibersihkan secara rutin setelah digunakan, maka sisa pakan, terutama yang berupa serbuk yang terdapat pada kedua alat itu akan menjadi sumber kontaminasi jamur pada bahan baku pakan lainnya.


4.    Ada kontaminasi sejak penetasan (hatchery)
Di hatchery, invasi Aspergillus sp. bisa terjadi di dalam ruang inkubator telur. Seperti di awal dikatakan bahwa jamur Aspergillus membutuhkan suhu hangat dan kelembaban tertentu untuk tumbuh dan menghasilkan spora. Dengan kata lain, kondisi di dalam inkubator sangat ideal untuk sporulasi Aspergillus. Jika sebelum digunakan, proses fumigasi/desinfeksi ruang inkubator tidak dilakukan dengan maksimal atau telur yang dimasukkan tidak dalam kondisi benar-benar bersih, maka jamur bisa tumbuh dan sporanya mengkontaminasi telur-telur yang lain.

Gejala Klinis dan Perubahan Patologi Anatomi dari Aspergillosis
Aspergillosis lebih sering menyerang anak ayam dibanding ayam dewasa. Angka kematian yang ditimbulkan bervariasi dari 5-10% dan bisa naik sampai 30%. Kejadian aspergillosis pada ayam muda bersifat akut, sedangkan pada ayam dewasa bersifat kronis. Anak ayam (DOC) lebih sering terserang karena bulu getar (silia) pada saluran pernapasannya belum berkembang. Silia merupakan alat pertahanan mekanik pertama saat tubuh mengalami paparan mikroorganisme penyebab penyakit.

Aspergillosis ini bisa terjadi bila DOC menghisap spora jamur Aspergillus sp. ketika di ruang inkubator penetasan, selama transportasi ke kandang komersial, atau atau ketika berada di kandang brooding. Spora tersebut akan berkembang dan mengiritasi alat pernapasan anak ayam sehingga anak ayam mengalami sesak napas (megap-megap) dan biasa disebut brooder pneumonia.

Jadi ketika anak ayam umur 2-3 hari menunjukkan gejala penyakit ini, bukan berarti aspergillosis ditularkan dari induknya (bukan penularan vertikal) karena pada dasarnya penularan aspergillosis hanya terjadi secara horizontal dari ayam sakit ke ayam sehat melalui spora di udara, debu, sekam, dan pakan yang masuk ke dalam tubuh ayam sehat.

Adapun gejala klinis dari aspergillosis bentuk akut yang menyerang anak ayam di antaranya:
a.    Ayam tidak mau makan atau minum
b.    Mengantuk
c.    Malas bergerak
d.    Bernapas dengan susah payah
e.    Kepala kebiru-biruan



Spora Aspergillus sp. yang memasuki selaput lendir mata akan berkembang membentuk plak di bawah membran niktitan sehingga mengalami peradangan dan mata tertutup cairan kental berwarna kuning. Gejala ini biasa disebut aspergillosis bentuk ocular.

Sedangkan gejala klinis aspergillosis bentuk kronis yang biasa menyerang ayam dewasa yaitu:
a.    Nafsu makan menurun
b.    Feses berwarna kuning
c.    Suara napas kasar dengan menguap, menciap, dan paruh terbuka
d.    Ascites (akumulasi cairan di rongga perut)
e.    Lama kelamaan ayam menjadi kurus

Setelah ditemukan gejala klinis seperti di atas, ketika dilakukan bedah ayam yang sakit, bisa ditemukan perubahan-perubahan patologi anatomi seperti berikut ini:
Pada percabangan trakea ditemukan adanya eksudat caseosa (putih kekuningan)
  


Bungkul-bungkul perkejuan pada kantung udara


Terdapat nodul caseosa (bungkul-bungkul putih kekuningan) di paru-paru


Nodul pada otak


Nodul pada hati



Pencegahan Aspergillosis
Setelah mempelajari bahaya, sumber kontaminasi, gejala klinis dan perubahan patologi anatomi dari penyakit aspergillosis, kita sebagai peternak perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan kasus aspergillosis ini. Yang utama yaitu dengan memaksimalkan aspek sanitasi sejak pembibitan hingga pemeliharaan ayam di peternakan. Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain:
1.    Lakukan fumigasi pada mesin inkubator penetasan dan kandang anak ayam sebelum digunakan.
2.    Sanitasi dan desinfeksi gudang pakan, egg tray, peti telur, keranjang ayam, dll.
3.    Rutin bersihkan tempat pakan dan tempat minum. Apabila menggunakan tempat minum talang (pipa PVC), setelah disikat dan dibilas dengan air bersih kemudian dialirkan larutan desinfektan, biarkan 30 menit lalu dibuang.
4.    Lakukan pemeriksaan kualitas bahan baku pakan secara rutin, terutama saat kedatangan bahan baku. Usahakan kadar air bahan baku pakan <14%. Jika terpaksa mendapatkan bahan baku dengan kadar air >14%, maka segera keringkan dengan cara dijemur atau menggunakan mesin pengering (dryer atau oven) agar kadar airnya turun. Jika kondisi cuaca tidak memungkinkan juga untuk pengeringan, maka gunakan bahan baku pakan tersebut sesegera mungkin. Jika perlu tambahkan mold inhibitor untuk menghambat pertumbuhan jamur. Contoh mold inhibitor yaitu asam propionat (0,5 – 1,5 g/kg pakan).
5.    Sediakan stok pakan dalam gudang sesuai kebutuhan sehingga cepat habis dan tidak terlalu lama disimpan. Daya simpan pakan ayam yang baik umumnya berlangsung selama 21-30 hari sejak tanggal produksi (batch). Karena itu disarankan penyimpanan pakan di tingkat peternak tidak lebih dari 14 hari sebagai antisipasi. Saran ini diberikan dengan pertimbangan, sebelum diterima peternak, pakan akan melewati proses transportasi yang panjang dan sempat mampir ke gudang agen atau poultry shop (PS) terlebih dahulu.
6.    Terapkan sistem FIFO (first in first out) atau FEFO (first expired first out) dalam penyimpanan pakan. Artinya pakan yang pertama datang atau yang sudah mendekati masa kadaluarsa (expired date), hendaknya segera diberikan ke ayam.
7.    Sebaiknya pembangunan gudang pakan mengacu pada prosedur pembangunan kandang yang dipersyaratkan. Menurut Yuliastanti (2001), syarat umum untuk gudang penyimpanan pakan antara lain tertutup, memiliki sistem sirkulasi udara yang baik, tidak lembab, bersih, suhunya optimal (26-28oC), dan bebas dari serangga dan hewan pengerat (tikus). Syarat lainnya:
-          Posisi lantai lebih tinggi dari permukaan tanah dan terhindar dari debu.
-          Gunakan pallet (dengan tinggi 5-15 cm) di bawah tumpukan pakan. Usahakan pakan tidak menempel pada dinding. Berikan jarak minimal 50 cm dari dinding gudang. Tumpukan pallet ke atas maksimum 3 pallet, masing-masing pallet berisi 6 tumpukan karung pakan.
8.    Hindari penggunaan karung atau zak pakan secara berulang.
9.    Bagi peternak self mixing, tingkatkan periode pembersihan mesin grinder maupun mixer, misalnya 2-3 hari sekali.
10. Sisa pakan yang basah dan menggumpal di tempat pakan harus segera dibersihkan agar tidak ditumbuhi jamur.
11. Selama penyimpanan bahan baku atau pakan jadi, hendaknya dilakukan pengecekan jagung secara rutin dan jika teridentifikasi ada jamur yang tumbuh, segera panaskan (>71-100oC) atau jemur pakan agar jamurnya mati.
12. Aspergillosis tidak hanya mengkontaminasi pakan, namun bisa juga tumbuh di sekam maupun peralatan kandang yang terbuat dari kayu atau bambu. Oleh karena itu, kebersihan dan kelembabannya harus diperhatikan. Gunakan sekam yang kering, tambah ketebalan sekam (8-12 cm) dan segera ambil dan ganti sekam yang basah.
13. Perhatian kita saat masa brooding harus lebih ditingkatkan, terlebih lagi serangan jamur Aspergillus akan menimbulkan gejala yang lebih parah saat menyerang anak ayam.



Penanganan Aspergillosis
Secara umum terapi yang efektif untuk menangani aspergillosis pada ayam tidak ada. Oleh karena itu, saat Aspergillus menyerang, usaha yang dapat kita berikan adalah:
§  Lakukan culling pada ayam yang kondisinya parah.
§  Tingkatkan stamina tubuh ayam dengan memberikan vitamin dosis tinggi (vitamin high concentrate).
§  Terapi efektif untuk penyakit aspergillosis sebenarnya sampai saat ini masih belum berkembang. Meski demikian, untuk membantu meringankan aspergillosis bisa diberikan antijamur cupri sulfat 1 gram/5 liter air minum selama 3 hari.
§  Berikan antibiotik untuk menekan infeksi sekunder (bakterial).

“Meski jarang ditemukan di peternakan, penyakit ini tetap tidak boleh kita anggap sepele. Sedikit saja pakan tercemar, maka peternak akan merugi karena biaya pakan yang dikeluarkan tidak akan sebanding dengan performa ayam yang didapatkan. Mulai sekarang perhatikan kualitas pakan dan lingkungan di sekitar unggas kita. Jangan sampai jamur lebih dulu mengkontaminasi”


Sumber: info medion online
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar